BERANDA

Kamis, 19 Mei 2011

Singkong Transgenik, Varietas Tanaman Lahan Kering Pertama di Dunia

Siapa bilang lahan kering adalah lahan mati? Berkat inovasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), lahan kering bisa menjadi lahan produktif yang menghasilkan tanaman pangan jenis singkong.
Singkongnya pun, bukan singkong biasa, namun jenis singkong transgenik pertama di dunia untuk varietas Indonesia. Singkong transgenik (Mannihot esculenta) adalah hasil penelitian rekayasa genetika tanaman pangan dalam menyiasati perubahan iklim yang lebih kering di masa depan.
”Gen penyandi phytoenesynthase (Psy) yang terlibat dalam biosintesis beta karoten pada ubi kayu (singkong) sudah diidentifikasi dan sudah di-sequence untuk konfirmasinya,” kata peneliti pada Puslit Biotekologi LIPI Prof. Dr. Enny Sudarmonowati, Senin (24/5) pekan lalu.
Menurut Enny, gen yang diperoleh ini akan diintroduksi kembali ke tanaman ubi kayu melalui transformasi genetik yang tekniknya telah dikuasai, sehingga, diharapkan tidak lagi mengalami kesulitan di masa datang.
Beta karoten yang diduga berkorelasi dengan ketahanan terhadap kekeringan, kata dia,  sudah bisa ditingkatkan dalam penelitian tersebut.
Upaya menghasilkan ubi kayu yang mengandung kadar amilosa lebih tinggi juga sedang dilakukan. Bahkan, upaya untuk menghasilkan ubi kayu dengan amilosa lebih rendah sudah sampai di lapang uji terbatas hingga generasi kelima dan merupakan riset ubi kayu transgenik pertama di dunia untuk varietas Indonesia.
Amilosa merupakan komponen pati selain amilopektin yang komposisinya secara alami adalah 20 persen untuk amilosa dan 80 persen untuk amilopektin. ”Amilosa jika dikurangi persentasenya akan semakin baik bagi pengolahan pada industri kertas dan tekstil karena pengolahannya menjadi lebih mudah. Di LIPI sudah terbukti kandungan amilosanya bisa dikurangi jadi hanya dua hingga tiga persen dari yang alaminya 20 persen dengan cara transgenik ini,” katanya.

Industri Farmasi
Sedangkan kadar amilosa tinggi (amilopektin rendah) diperlukan untuk industri pangan, khususnya makanan bagi orang yang memiliki masalah dengan pencernaan dan untuk obat-obatan pada industri farmasi.
Penelitian bioteknologi untuk pascapanen ubi kayu, menurut dia, juga sudah dilakukan, seperti untuk meningkatkan masa simpannya setelah panen dari lima hari ditingkatkan menjadi 12 hari.
Enny menambahkan, selain itu biofortifikasi (menambahkan zat gizi pada tanaman) juga sudah dilakukan terhadap singkong ini seperti memasukkan zat besi dan seng.
Belum lama ini, LIPI juga sukses menemukan tanaman sengon (Albazia Falcataria) transgenik pertama di dunia dari hasil penelitiannya. ”Insersi gen xyloglucanase telah berhasil dilakukan ke dalam tanaman sengon,” kata Enny.
Tanaman sengon transgenik yang mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh lebih cepat dan mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol di Fasilitas Uji Terbatas (FUT), sehingga berpotensi tumbuh lebih cepat saat dipindah dari FUT ke lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar