Dalam sebuah wawancara usai upacara peringatan Hari Pendidikan
Nasional di halaman gedung Kementerian Pendidikan Nasional, 2 Mei 2011,
Mendiknas Prof. Mohammad Nuh, DEA. mengatakan, konsep pendidikan
karakter sudah disiapkan sejak 2010. Pada tahun ajaran 2011-2012
mendatang, pendidikan karakter akan diterapkan di semua jenjang
pendidikan, mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Pendidikan
Tinggi.
Lalu karakter seperti apa yang hendak ditanamkan ke diri peserta didik,
terutama siswa-siswi di jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama)? Sikap seperti apa yang diharapkan muncul pada
diri siswa? Lalu bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam mata
pelajaran di sekolah? Bagaimana pula evaluasi terhadap penerapan
pendidikan karakter di sekolah? Berikut ini petikan wawancara dengan Dr. Bambang Indriyanto, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemdiknas, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin sore (9/5):
Bagaimana konsep pendidikan karakter?
Sekarang pencanangan pendidikan karakter masih bersifat
pencanangan dalam arti kebijakannya dulu. Ditjen Pendidikan Dasar
sebetulnya sudah merintis program-program pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dimensinya berbagai macam, ada dimensi kreativitas,
kejujuran, kedisiplinan.
Seperti pendidikan lalu-lintas, itu pendidikan karakter yang menekankan
dimensi disiplin. Pendidikan antikorupsi, kita juga sudah terapkan. Juga
ada pendidikan lingkungan hidup. Ini sebetulnya merupakan
dimensi-dimensi pendidikan karakter yang sudah diterapkan di jenjang
pendidikan dasar.
Nanti ketika sudah dicanangkan, kita akan memperluas dan melihat
bagaimana kebijakan lebih lanjut. Paling tidak Ditjen Pendidikan Dasar
telah mengambil inisiatif. Permasalahannya pada inventory saja,
reinventing yang sudah kita lakukan. Kita lebih luas-formalkan menjadi
satu bagian dari pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar.
Selain nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan kreativitas, apalagi
nilai-nilai lain yang diangkat sehingga siswa menginternalisasi
nilai-nilai tersebut?
Kita melihat, sebenarnya, karakter bukan pada aspek kognitif, tapi aspek
afektifnya. Cuma aspek afektif tidak bisa teraktualisasi secara
maksimal tanpa ada kognitif. Orang menjadi jujur, juga harus tegas.
Karena definisi kejujuran itu memerlukan pertimbangan-pertimbangan
intelektual sehingga dia bisa tidak kelihatan naif saat jujur.
Kreativitas juga sebuah aspek yang non-kognitif, tetapi untuk bisa
kreatif orang juga harus cerdas dalam mengaktualisasikan kreativitas
tersebut.
Apakah penerapan pendidikan karakter dalam bentuk mata pelajaran?
Ada dua track yang akan kita lakukan. Kita
integrasikan di mata pelajaran (intrakurikuler) dan ekstrakurikuler.
Seperti pendidikan lalu lintas, di ekstrakurikuler bagaimana anak bisa
menghargai pengguna jalan. Pendidikan antikorupsi lewat warung
kejujuran. Tentang lingkungan hidup, bagaimana mereka menanam pohon di
sekolah dan memelihara kebersihan sekolah. Lalu ada pendidikan akhlak
mulia, bagaimana anak-anak terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagaman di
sekolah.
Karakter apa yang hendak dibentuk sehingga seorang anak dapat dikatakan berkarakter?
Karakter itu, kan, semacam nilai-nilai gabungan (komposit). Ada
satu pihak yang disiplin dan pandai, disiplin dan jujur, disiplin dan
kreatif, ada juga kreatif dan disiplin. Kombinasi-kombinasi. Kita
sekarang belum mempunyai suatu alat ukur untuk mengukur keberhasilan
pendidikan karakter. Sekarang kita masih mengarahkan bahwa keberhasilan
anak dalam mengikuti program pendidikan tidak hanya pintar saja, tetapi
paling tidak pintar dan jujur, pintar dan berakhlak mulia. Kreatif
tentunya juga kita harapkan.
Apakah karakter bisa diukur?
Kalau dari ilmu sosial bisa diukur, cuma kita harus menggunakan
konstrak-konstrak yang jelas tentang apa yang namanya berkarakter.
Apa sekarang sedang dirumuskan?
Kita lihat perkembangan, tetapi sekali lagi kita sudah
melakukan pembinaan-pembinaan tentang kejujuran, kedisiplinan, dan
kreativitas. Tinggal reinventing saja. Di-inventory, diidentifikasi
tentang apa yang sudah kita lakukan pada jalan yang benar atau belum.
Insya Allah itu sudah pada jalan yang benar karena sudah berlangsung
umum.
Apakah dilakukan evaluasi terhadap penerapan pendidikan karakter di sekolah?
Langkah pertama akan kita lihat bagaimana keterlibatan mereka
dalam kegiatan-kegiatan yang mencerminkan disiplin. Itu saja dulu. Kalau
mereka sudah terlibat di situ, sudah kita anggap keberhasilan pada
tahap awal.
Siapa yang melakukan evaluasi?
Pemerintah Pusat, Ditjen Dikdasmen waktu itu.
Bentuknya seperti apa?
Pemantauan-pemantauan tentang keterlibatan anak, belum pada perubahan sikap.
Pakai instrumen?
Iya, yang mengukur keterlibatan.
Pendidikan karakter diawali dari keinginan mengubah perilaku
siswa. Kira-kira dalam jangka pendek dan menengah, perilaku apa yang
diharapkan berubah, seperti tak lagi tawuran?
Perubahan sikap bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Kita harus tahu
bahwa sekolah tidak bisa mengontrol perilaku anak ketika di luar ruang
kelas. Dari sudut padang pedagogis, ruang kelas anak tidak hanya ruang
kelas dalam arti konvensional. Tetapi ketika dia ada di luar, itu ruang
kelas anak di mana dia berguru pada orang dewasa. Ini yang kita katakan
tidak independen, steril dari pengaruh-pengaruh di luar kehidupan ruang
kelas itu.
Berarti harus ada upaya melibatkan orangtua dan masyarakat?
Sebetulnya yang mudah harus ada role model, contoh.
Contoh itu anggota masyarakat, anggota partai. Guru contoh langsung.
Orangtua juga. Dalam sudut pandang pedagogis, ruang kelas itu ruang
kelas tanpa dinding, borderless classroom. Ini yang tidak bisa
guru kendalikan. Siswa, kan, tidak boleh dihadapkan pada nilai-nilai
yang kontradiktif. Apa yang diajarkan sekolah harus kurang-lebih sejalan
dengan apa yang ada di luar ruang kelas.
Jadi tolak ukurnya susah untuk ditentukan?
Tidak susah, tetapi seberapa lama itu bertahan, itu yang susah. Apakah
ketika dia lulus, kita jamin bekerja. Pendidikan hanya memberikan dasar
dengan harapan ketika dia bekerja akan seperti waktu sekolah.
Thanks gan udah share , blog ini sangat bermanfaat .............................
BalasHapusbisnistiket.co.id