Siapa
bilang lahan kering adalah lahan mati? Berkat inovasi dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), lahan kering bisa menjadi lahan produktif yang
menghasilkan tanaman pangan jenis singkong.
Singkongnya pun, bukan singkong biasa, namun jenis singkong transgenik pertama
di dunia untuk varietas Indonesia. Singkong transgenik (Mannihot esculenta)
adalah hasil penelitian rekayasa genetika tanaman pangan dalam menyiasati
perubahan iklim yang lebih kering di masa depan.
”Gen penyandi phytoenesynthase (Psy) yang terlibat dalam biosintesis beta
karoten pada ubi kayu (singkong) sudah diidentifikasi dan sudah di-sequence
untuk konfirmasinya,” kata peneliti pada Puslit Biotekologi LIPI Prof. Dr. Enny
Sudarmonowati, Senin (24/5) pekan lalu.
Menurut Enny, gen yang diperoleh ini akan diintroduksi kembali ke tanaman ubi
kayu melalui transformasi genetik yang tekniknya telah dikuasai, sehingga,
diharapkan tidak lagi mengalami kesulitan di masa datang.
Beta karoten yang diduga berkorelasi dengan ketahanan terhadap kekeringan, kata
dia, sudah bisa ditingkatkan dalam penelitian tersebut.
Upaya menghasilkan ubi kayu yang mengandung kadar amilosa lebih tinggi juga
sedang dilakukan. Bahkan, upaya untuk menghasilkan ubi kayu dengan amilosa
lebih rendah sudah sampai di lapang uji terbatas hingga generasi kelima dan
merupakan riset ubi kayu transgenik pertama di dunia untuk varietas Indonesia.
Amilosa merupakan komponen pati selain amilopektin yang komposisinya secara
alami adalah 20 persen untuk amilosa dan 80 persen untuk amilopektin. ”Amilosa
jika dikurangi persentasenya akan semakin baik bagi pengolahan pada industri
kertas dan tekstil karena pengolahannya menjadi lebih mudah. Di LIPI sudah
terbukti kandungan amilosanya bisa dikurangi jadi hanya dua hingga tiga persen
dari yang alaminya 20 persen dengan cara transgenik ini,” katanya.
Industri Farmasi
Sedangkan kadar amilosa tinggi (amilopektin rendah) diperlukan untuk industri
pangan, khususnya makanan bagi orang yang memiliki masalah dengan pencernaan
dan untuk obat-obatan pada industri farmasi.
Penelitian bioteknologi untuk pascapanen ubi kayu, menurut dia, juga sudah
dilakukan, seperti untuk meningkatkan masa simpannya setelah panen dari lima
hari ditingkatkan menjadi 12 hari.
Enny menambahkan, selain itu biofortifikasi (menambahkan zat gizi pada tanaman)
juga sudah dilakukan terhadap singkong ini seperti memasukkan zat besi dan
seng.
Belum lama ini, LIPI juga sukses menemukan tanaman sengon (Albazia Falcataria)
transgenik pertama di dunia dari hasil penelitiannya. ”Insersi gen
xyloglucanase telah berhasil dilakukan ke dalam tanaman sengon,” kata Enny.
Tanaman sengon transgenik yang mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh
lebih cepat dan mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol di
Fasilitas Uji Terbatas (FUT), sehingga berpotensi tumbuh lebih cepat saat
dipindah dari FUT ke lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar